www.indofakta.id – Konflik geopolitik yang melibatkan Iran, Israel, dan Amerika Serikat saat ini menjadi sorotan utama yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, terutama ketahanan pangan dunia. Dampak dari ketegangan ini tidak hanya terasa di kawasan Timur Tengah, tetapi juga menjalar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia, yang memiliki tingkat ketergantungan pangan yang cukup tinggi.
Salah satu tokoh yang peduli dengan kondisi ini adalah Johan Rosihan, anggota MPR dari Fraksi PKS. Dia mengingatkan bahwa situasi konflik dapat menyebabkan lonjakan harga pangan global, yang pada gilirannya berdampak pada biaya hidup masyarakat, khususnya di Indonesia.
Menurut Johan, krisis yang terjadi di Timur Tengah bukan hanya masalah regional, tetapi telah menciptakan efek domino yang dapat memengaruhi ekonomi negara lain. Lonjakan harga minyak mentah, misalnya, merupakan salah satu indikator yang mencerminkan dampak ini secara langsung.
Risiko Stabilitas Harga Pangan di Indonesia
Dalam situasi ini, lonjakan harga minyak yang mencapai puncaknya membuat biaya distribusi pangan di Indonesia meningkat. Johan menjelaskan bahwa harga Brent yang pernah menyentuh $93 per barel tentu berimbas pada biaya transportasi yang lebih tinggi untuk produk pangan.
Di samping itu, petani juga mengalami beban tambahan akibat kenaikan biaya produksi. Dengan harga minyak yang terus berfluktuasi, tantangan bagi sektor pertanian semakin berat, dan berdampak buruk pada hasil pertanian dan pendapatan petani.
Menurut data yang dirilis, meskipun ada penurunan harga minyak dalam beberapa bulan terakhir, risiko volatilitas tetap mengancam stabilitas produksi dan distribusi pangan. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama dalam konteks ketahanan pangan nasional.
Dampak Kenaikan Harga Pangan Terhadap Masyarakat
Kenaikan harga bahan pokok tidak hanya berisiko terhadap stabilitas ekonomi, tetapi juga dapat memperburuk kesejahteraan sosial masyarakat. Johan mencatat bahwa harga pangan yang melonjak menyebabkan penurunan daya beli, yang selanjutnya berujung pada peningkatan angka kemiskinan.
Krisis pangan diperkirakan dapat memicu rasa ketidakpuasan di masyarakat, yang berpotensi memicu gelombang protes atau kerusuhan. Data menunjukkan bahwa Indonesia pernah berada dalam posisi yang mengkhawatirkan dengan peringkat tinggi terkait kelaparan di ASEAN pada tahun 2020, menggarisbawahi urgensi untuk bertindak.
Johan menekankan bahwa krisis ini tidak bisa dianggap remeh. Dengan potensi masalah gizi dan kesehatan yang mengemuka, terutama bagi anak-anak, keamanan pangan menjadi isu yang harus dijadikan prioritas kebijakan pemerintah.
Pentingnya Kemandirian Pangan di Indonesia
Berdasarkan analisis yang dilakukan, ketergantungan Indonesia terhadap impor untuk komoditas strategis menjadi salah satu penyebab utama risiko ketahanan pangan. Johan mengungkapkan angka ketergantungan yang mencolok, seperti 78,44% untuk kedelai dan hampir 100% untuk gandum, yang sangat mengkhawatirkan.
Untuk itu, ia mendesak perlunya transformasi kebijakan pangan yang komprehensif. Kebijakan reaktif, seperti penambahan impor, jelas tidak akan cukup untuk menghadapi tantangan struktural yang ada saat ini. Strategi yang lebih holistik dan berkelanjutan diperlukan untuk memastikan ketahanan jangka panjang pangan nasional.
Johan menawarkan beberapa solusi, salah satunya adalah percepatan transisi energi di sektor pertanian. Program seperti “Electrifying Agriculture” yang telah diterapkan di beberapa daerah menunjukkan bagaimana pemanfaatan energi terbarukan dapat menekan biaya produksi.
Solusi untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional
Inisiatif seperti Penguatan Hilirisasi Pangan Lokal menjadi salah satu langkah penting untuk meningkatkan pendapatan petani. Dengan mengubah produk pertanian mentah menjadi barang olahan bernilai tambah, petani dapat merasakan manfaat ekonomi yang lebih besar dari hasil ternaknya.
Setiap kebijakan yang mendorong hilirisasi menjanjikan kinerja keuangan yang lebih baik bagi para pelaku industri pertanian. Dalam konteks ini, hilirisasi bukan hanya menguntungkan petani, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Pengembangan sistem distribusi terintegrasi yang berbasis energi terbarukan adalah proposal lain yang dijajaki Johan. Dengan mengurangi biaya logistik dan kerugian pascapanen, sistem distribusi yang efisien dapat memastikan ketersediaan pangan yang stabil di seluruh wilayah Indonesia.
Kesimpulan tentang Ketahanan Pangan di Indonesia
Dalam menghadapi tantangan global, menjaga ketahanan pangan harus menjadi prioritas utama pemerintah. Johan menekankan bahwa jika negara ingin tahan terhadap krisis, maka stabilitas di sektor pangan sangat penting. Tanpa upaya kebijakan yang terintegrasi, Indonesia berisiko menghadapi krisis pangan yang lebih mendalam.
Ketahanan pangan lebih dari sekadar masalah ekonomi; ia berpengaruh langsung terhadap stabilitas sosial dan politik. Mengintegrasikan ketahanan pangan ke dalam strategi pertahanan nasional sangat diperlukan untuk menjaga kesejahteraan rakyat dan kedaulatan bangsa.
Dengan berbagai inisiatif yang diusulkan, diharapkan Indonesia mampu menghadapi tantangan ini dengan lebih baik dan menghadirkan solusi jangka panjang untuk ketahanan pangan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano