www.indofakta.id – Presiden RI Prabowo Subianto baru-baru ini mengungkap fakta mengejutkan mengenai dampak penjajahan Belanda terhadap Indonesia. Menurut sebuah penelitian, Belanda telah menguras kekayaan Indonesia hingga mencapai US$ 31 triliun (sekitar Rp 504 kuadriliun) selama ratusan tahun.
Pernyataan ini muncul saat pembukaan pameran berskala besar di Jakarta, di mana Presiden menekankan betapa signifikan nilai kekayaan yang diambil. Angka tersebut mencerminkan 18 kali lipat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia saat ini yang berada di kisaran US$ 1,5 triliun (sekitar Rp 24,4 kuadriliun). Ini juga menunjukkan bahwa nilai tersebut bisa dibilang setara dengan anggaran negara selama lebih dari satu abad.
Sejarah Penjajahan dan Dampak Ekonominya
Selama belasan dekade, Indonesia telah menjadi objek penjajahan oleh berbagai bangsa asing, yang tidak hanya mengambil alih wilayah, tetapi juga menguras sumber daya alam dan kekayaan negara. Kini, dengan data yang disampaikan oleh Prabowo, kita bisa mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai kerugian yang dialami oleh bangsa ini. Penjajahan Belanda tidak hanya berlaku secara fisik, tetapi juga secara ekonomi, di mana mereka menikmati GDP per kapita yang tertinggi di dunia pada masa itu.
Melihat fakta ini, Wisnu, seorang ekonom, menekankan pentingnya refleksi bagi generasi mendatang. “Kita harus memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia secara bijaksana untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Jika kita mampu mengelola kekayaan ini dengan baik, potensi PDB per capita Indonesia di masa depan sangat cerah,” ujarnya. Data dari berbagai lembaga internasional juga menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia berpotensi menjadi salah satu yang terkuat di dunia.
Masa Depan Ekonomi Indonesia
Dengan mengamati sejarah dan pola pembangunan saat ini, ada harapan bahwa Indonesia bisa bangkit menjadi salah satu kekuatan ekonomi global. Menurut Prabowo, berbagai lembaga ekonom dunia meramalkan Indonesia dapat mencapai posisi enam atau bahkan lima besar ekonomi dunia dalam waktu yang tidak lama. Untuk mencapai potensi itu, upaya untuk menjaga dan mengembangkan kekayaan nasional sangat diperlukan.
Pameran yang dibuka oleh Presiden Prabowo, yang diadakan di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, menjadi langkah awal untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia serius dalam memperkuat pertahanan dan teknologi. Dengan diikuti oleh 1.180 perusahaan dari 55 negara, pameran ini bukan hanya menjadi ajang pamer, tetapi juga wadah bagi kolaborasi dalam industri pertahanan. Keberadaan paviliun dari negara-negara seperti Turki, Amerika Serikat, dan Prancis untuk menampilkan kemampuan mereka menjadi sinyal bahwa Indonesia tidak sendiri dalam mengembangkan industri pertahanan yang modern.
Menutup pembahasan ini, sangat penting untuk meninggalkan warisan yang tidak hanya berupa angka, tetapi juga pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya menjaga kekayaan dan kedaulatan negara. Melalui langkah-langkah strategis dan pembelajaran dari sejarah, Indonesia dapat melangkah ke arah yang lebih baik, mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki demi kesejahteraan masyarakat di masa depan.