www.indofakta.id – Jakarta, situasi konflik antara Iran dan Israel telah meningkat sejak pertengahan Juni 2025, memicu dampak serius pada harga minyak dunia. Ketegangan yang escalasi ini berpotensi mengguncang stabilitas ekonomi global dan mengancam jalur logistik internasional yang vital.
Saat memasuki akhir pekan, harga minyak mentah Brent mencatatkan lonjakan signifikan, bergerak dalam rentang US$ 77,60 hingga US$ 77,74 per barel. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan hampir 6% dibandingkan dengan minggu sebelumnya, saat harga berada di level US$ 73,23 per barel.
Kenaikan harga minyak ini juga menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Khususnya, perhatian masyarakat terhadap stabilitas harga semakin meningkat mengingat adanya subsidi yang diberikan pemerintah terhadap sebagian harga BBM tersebut.
Analisis Dampak Kenaikan Harga Minyak di Indonesia
Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan, Fithra Faisal, menyatakan bahwa pemerintah sudah mempersiapkan diri menghadapi fluktuasi harga minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Dalam penyusunan anggaran, pemerintah telah memperhitungkan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di pasar minyak global.
Fithra menjelaskan bahwa asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN mencakup penetapan harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 82 per barel. Ia menekankan bahwa setiap kenaikan sebesar US$ 1 per barel minyak internasional akan berdampak pada pengeluaran subsidi BBM pemerintah, yang diperkirakan bervariasi antara Rp 3 hingga Rp 5 triliun.
Dia menambahkan bahwa saat ini, harga minyak mentah dunia masih dalam batas asumsi yang ditetapkan pemerintah, sehingga masyarakat tidak perlu terlalu cemas. Bahkan, dalam simulasi yang telah dilakukan, APBN mampu bertahan menghadapi tekanan harga minyak di tingkat tertentu.
Respon Pemerintah Terhadap Kenaikan Harga Minyak Global
Pemerintah telah melakukan serangkaian stress test untuk mengukur ketahanan fiskal nasional dalam menghadapi fluktuasi harga minyak. Hasil simulasi menunjukkan bahwa APBN masih bisa menjaga stabilitas harga BBM selama harga minyak dunia tidak melampaui US$ 100 per barel.
Fithra menyatakan bahwa anggaran pemerintah cukup kuat untuk mengatasi tekanan harga BBM di rentang US$ 90–100 per barel dengan beberapa intervensi dan realokasi anggaran yang tepat. Ini menunjukkan upaya pemerintah yang serius untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak harga energi global.
Walaupun Indonesia masih tergantung pada impor minyak dari kawasan Timur Tengah, termasuk Iran, lonjakan harga sebagai akibat dari konflik dapat memperberat beban fiskal pemerintah. Oleh karena itu, perhatian terhadap dinamika pasar minyak terus dilakukan agar strategi pengelolaan anggaran tetap efisien.
Pentingnya Kebijakan Energi yang Adaptif dan Responsif
Pemerintah menegaskan pentingnya kebijakan energi yang responsif terhadap situasi global. Dengan memprioritaskan subsidi yang tepat sasaran dan pengelolaan anggaran yang fleksibel, pemerintah berupaya menjaga daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian harga energi.
Pengelolaan yang baik diharapkan dapat meminimalisir dampak ekonomi negatif dari fluktuasi harga minyak yang tajam. Kebijakan yang adaptif tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat tetap terlindungi dari lonjakan harga yang tidak terduga.
Dalam konteks ini, peran pemerintah dalam mengelola kebijakan energi sangat krusial. Masyarakat menunggu langkah konkret yang dapat memastikan stabilitas dan aksesibilitas harga BBM yang terjangkau, terutama dalam situasi yang penuh tantangan seperti sekarang.