www.indofakta.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia menunjukkan tren penguatan pada pagi hari, meskipun di tengah keadaan bursa saham kawasan Asia yang umumnya melemah. Ini menjadi perhatian penting bagi para investor dan pelaku pasar, terutama saat mencari peluang yang dapat diambil dari situasi ini.
Berdasarkan pembukaan pasar, IHSG tercatat naik sebesar 23,85 poin atau 0,33 persen, mencapai posisi 7.166,31. Selain itu, indeks LQ45 yang mencatatkan 45 saham unggulan, juga mencatatkan kenaikan sebesar 3,53 poin atau 0,43 persen di posisi 815,69. Data ini menjadi bukti bahwa meskipun ada tantangan global, bursa Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang baik.
Peluang dan Tantangan di Pasar Saham
Dari analisis mendalam, IHSG berpotensi mengalami koreksi jika tidak mampu menembus resisten di level 7.170. Hal ini menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas, menunjukkan bahwa situasi yang ada saat ini memerlukan kewaspadaan yang lebih besar dari para investor. Pasar yang berfluktuasi sering kali dipicu oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Pemerintah Indonesia, khususnya Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada 20 dan 21 Mei 2025, mengumumkan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen. Ini adalah langkah strategis yang diambil untuk mendorong investasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Penyesuaian suku bunga deposit facility juga mengalami penurunan yang sama, sekarang berada di level 4,75 persen, sementara suku bunga lending facility menjadi 6,25 persen.
Pengaruh Ekonomi Global Terhadap Pasar Dalam Negeri
Di sisi lain, pelaku pasar internasional memperhatikan rilis data ekonomi dari berbagai negara di kawasan Asia. Jepang mengalami penurunan ekspor untuk bulan kedua secara berturut-turut, yang diakibatkan oleh kebijakan tarif impor yang diambil oleh pemerintahan Amerika Serikat, menyebabkan tekanan signifikan di pasar global. Hal ini berimplikasi pada keputusan investor dalam alokasi portofolio mereka.
Sementara itu, dari pasar AS, imbal hasil obligasi 30 tahun mencatatkan kenaikan sampai 5,09 persen, yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2023. Kenaikan ini terpicu oleh kekhawatiran terbaru mengenai RUU anggaran yang dapat memperburuk deficit fiskal. Investor menjadi lebih waspada seiring dengan berbagai isu yang muncul, sehingga aksi jual di pasar saham Amerika Serikat meningkat. Indeks-indeks utama seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq mengalami penurunan signifikan.
Melihat lebih jauh ke arah bursa saham regional Asia, indeks-indeks penting mencerminkan pergerakan yang bervariasi. Nikkei mengalami penurunan sebesar 291,48 poin atau 0,78 persen, sedangkan indeks Shanghai justru menguat walaupun dalam kadar yang kecil, sementara Hang Seng juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun situasi ekonomi global cukup menekan, tiap negara memiliki daya tahan yang berbeda dalam menghadapi risiko yang ada.
Dari semua informasi dan dinamika pasar yang terjadi, menjadi sangat penting bagi investor untuk tetap memantau pergerakan IHSG dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekonominya. Dengan memanfaatkan data terkini dan insights yang ada, diharapkan para pelaku pasar dapat mengoptimalkan strategi investasi mereka dan memanfaatkan setiap peluang yang ada dalam pasar saham Indonesia.
Pada akhirnya, meskipun banyak tantangan yang dihadapi, Indonesia tetap memiliki potensi yang besar dengan kondisi pasar yang dihadapi hari ini. Para investor perlu tetap optimis dan bijak dalam mengambil keputusan, memanfaatkan setiap informasi yang ada untuk membuat langkah-langkah yang tepat dalam berinvestasi.