www.indofakta.id – Pengadaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan menjadi topik hangat terutama terkait dengan penggunaan laptop Chromebook. Dalam hal ini, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menunjukkan bahwa pengadaan ini bukanlah untuk daerah 3 T (tertinggal, terdepan, dan terluar) sebagaimana yang banyak diperdebatkan.
Fakta menariknya, perangkat seperti Chromebook sudah menjadi pilihan di era sebelum kepemimpinan Nadiem. Pengadaan ini justru dianggarkan untuk sekolah-sekolah yang telah memiliki infrastruktur internet yang memadai. Hal ini mendorong pertanyaan mengenai efektivitas penggunaan perangkat ini di konteks pendidikan di seluruh Indonesia.
Alasan Pemilihan Chromebook dalam Digitalisasi Pendidikan
Nadiem memaparkan alasan mengapa Chromebook menjadi pilihan utama dalam program digitalisasi pendidikan. Faktor harga menjadi sorotan utama—perangkat ini jauh lebih terjangkau dibandingkan laptop dengan spesifikasi serupa. Selain itu, dari sudut pandang keamanan, Chromebook menawarkan batasan penginstalan aplikasi, yang dapat mengurangi risiko gangguan terhadap penggunaan oleh guru dan siswa.
Data menunjukkan bahwa perangkat dengan sistem operasi Chrome OS memiliki biaya operasional yang lebih rendah karena penggunaan lisensi yang gratis. Dalam konteks penghematan anggaran pendidikan, ini menjadi pilihan yang cerdas. Riset menunjukkan bahwa penggunaan perangkat dengan biaya lebih efisien dapat membebaskan dana untuk pengembangan program lain yang vital bagi pendidikan.
Tantangan Infrastruktur dan Permasalahan di Lapangan
Namun, kebutuhan akan infrastruktur internet yang memadai menjadi tantangan yang signifikan. Kejaksaan Agung mengemukakan bahwa jaringan internet di Indonesia belum merata, sehingga efektivitas penggunaan Chromebook menjadi diragukan. Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi beragam strategi untuk memastikan bahwa pengadaan TIK di sekolah-sekolah dapat berfungsi secara optimal.
Pada akhirnya, akan lebih bijaksana jika pengadaan perangkat TIK disertai dengan perencanaan yang matang mengenai akses internet. Hal ini dapat berupa kolaborasi antara pemerintah dan penyedia layanan internet untuk memperluas jangkauan layanan ke daerah-daerah yang belum terjangkau. Dengan demikian, investasi dalam perangkat TIK akan kembali optimal dan memberikan manfaat nyata bagi pendidikan di Indonesia.