www.indofakta.id – Istanbul – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengeluarkan pernyataan mengejutkan tentang situasi di Jalur Gaza baru-baru ini. Mereka menuduh bahwa kelaparan massal yang melanda wilayah tersebut adalah hasil dari tindakan yang disengaja dan direncanakan oleh pihak-pihak tertentu.
Dalam laporan tersebut, UNRWA menyoroti bahwa mekanisme distribusi bantuan yang dikelola oleh Israel dan AS telah dirancang untuk mendukung kepentingan militer dan politik. Banyak anak yang menjadi korban di tengah krisis kemanusiaan ini.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa “sistem distribusi yang cacat ini tidak memadai untuk mengatasi krisis.” Berbagai laporan menyebutkan bahwa lebih banyak nyawa yang hilang akibat kelaparan, bukan terselamatkan.
UNRWA juga menjelaskan bahwa Israel memiliki kontrol penuh atas akses kemanusiaan di Gaza, yang membuat situasi semakin parah. Mekanisme yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” (GHF) menjadi sorotan negatif.
Berdasarkan keterangan UNRWA, sejak awal Mei, Tel Aviv memulai penyaluran bantuan melalui GHF, tetapi metode ini ditolak oleh PBB dan organisasi kemanusiaan besar. Ini menunjukkan kompleksitas dalam penyaluran bantuan kemanusiaan.
Sebelumnya, dalam gencatan senjata yang berlangsung singkat di tahun 2025, UNRWA melaporkan berhasil menangani kelaparan di Gaza. Lewat gencatan tersebut, mereka mampu membalikkan krisis yang terus memburuk.
Walaupun demikian, kini UNRWA menghadapi kesulitan besar karena 6.000 truk bantuan makanan dan medis terjebak di Mesir dan Yordania. Mereka mendesak agar mekanisme distribusi bantuan PBB diaktifkan untuk membantu masyarakat yang terjebak dalam kelaparan.
Sejak awal Maret, Israel menghentikan gencatan senjata dan menghalangi semua akses ke Gaza, membuat situasi lebih sulit. Ratusan truk bantuan telah tertahan di perbatasan, menambah penderitaan warga yang membutuhkan bantuan mendesak.
Menanggapi situasi ini, Israel sendiri menolak seruan internasional untuk gencatan senjata. Sejak akhir tahun 2023, mereka melanjutkan serangan brutal yang menyebabkan ribuan kematian di kalangan warga Palestina.
Penyebab Meningkatnya Krisis Kemanusiaan di Gaza
Krisis kemanusiaan yang melanda Jalur Gaza sangat kompleks. Banyak faktor, termasuk blokade berkepanjangan dan kurangnya akses terhadap bahan pangan, berkontribusi pada meningkatnya jumlah kematian.
Kelaparan yang melanda wilayah itu tidak hanya disebabkan oleh tindakan militer, tetapi juga oleh kebijakan yang memperburuk keadaan. Mekanisme distribusi bantuan yang ada telah terbukti tidak menjangkau mereka yang paling membutuhkan.
Dalam konteks ini, UNRWA mengklaim bahwa lebih dari 59.600 warga Palestina telah kehilangan nyawa akibat konflik dan kelaparan. Ini adalah angka yang meresahkan dan menggambarkan betapa mendesaknya situasi di Gaza.
Badan tersebut melaporkan bahwa kematian akibat kelaparan semakin meningkat, terutama dalam beberapa minggu terakhir. Blokade yang berlangsung berbulan-bulan hanya memperburuk kondisi sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.
Sistem distribusi GHF di bawah kendali Israel menunjukkan adanya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. UNRWA menyerukan agar mekanisme distribusi yang lebih efektif dan transparan diberlakukan agar bantuan dapat sampai ke masyarakat yang paling memerlukan.
Respons Internasional dan Masalah Hukum yang Muncul
Tindakan militer Israel di Gaza telah mengundang kecaman dari berbagai belahan dunia. Mahkamah Pidana Internasional bahkan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel atas dugaan kejahatan perang.
Kasus genosida di Mahkamah Internasional juga sedang dalam proses. Langkah ini menunjukkan bahwa situasi yang terjadi telah melibatkan hukum internasional dalam konteks kemanusiaan.
Sementara itu, berbagai organisasi kemanusiaan terus menyerukan agar pengakhiran konflik segera dilakukan. Sementara gencatan senjata tidak terwujud, rakyat Gaza tetap menderita akibat pengeboman dan kelaparan.
Desakan untuk menghentikan kekerasan semakin meningkat, dengan imbauan dari negara-negara lain agar Israel mempertimbangkan kembali kebijakannya. Masyarakat internasional menantikan langkah konkret untuk menyelesaikan krisis ini.
Sebagaimana ditunjukkan oleh laporan UNRWA, kelaparan di Gaza adalah masalah yang tidak bisa dibiarkan terus menerus. Banyak nyawa yang tertahan di ambang keputusasaan, dan tindakan segera diperlukan untuk menyelamatkan mereka.
Tantangan dalam Mencapai Solusi Jangka Panjang
Mencapai solusi jangka panjang untuk krisis di Gaza adalah tantangan yang kompleks. Berbagai faktor politik dan militer terlibat dalam proses ini dan sering kali menghalangi resolusi damai.
Penting bagi semua pihak untuk terlibat dalam dialog konstruktif untuk meringankan beban warga sipil. Tanpa adanya kesepakatan yang adil, konflik hanya akan berlanjut dan semakin memperburuk situasi kemanusiaan.
Di tengah kondisi yang sulit, dukungan dari komunitas internasional menjadi sangat penting. Bantuan kemanusiaan yang efektif harus dijalankan agar masyarakat di Gaza dapat bertahan hidup dan mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasar.
Harapan akan masa depan yang lebih baik masih ada, dengan solidaritas global yang terus mengalir. Namun, perubahan nyata hanya bisa dicapai melalui kolaborasi dan komitmen dari semua pihak terkait.
UNRWA dan organisasi kemanusiaan lainnya terus berjuang untuk memastikan agar bantuan dapat tersalurkan dengan baik. Dengan dorongan yang tepat, diharapkan krisis kemanusiaan ini bisa diatasi secara bertahap.